NUFFNANG ADS
GAHARU MALAYSIA
HARGA GAHARU
INVEST IN AGARWOOD GAHARU AS GOLD INVEST
GAHARU VIETNAM 2
IDENTIFY AGARWOOD
AGARWOOD SIAM MALACANSIS
GAHARU KIT
gaharu video
SINDIKET CURI GAHARU TUMPAS
SINDIKET CURI GAHARU TUMPAS 31 DIS 2011
GAHARU DIRAMPAS UPP
Aquilaria Crassna Pierre
Family: Thymelyaceae
Synonyms: none
Distribution and habitat
Uses
Dormancy and pretreatment
ADS LARGE REC AGARWOOD GAHARU LABUR
Sunday, July 25, 2010
GAHARU MENENANGKAN JIWA
Gaharu merupakan salah satu jenis pohon yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat pedalaman di berbagai pulau di Indonesia. Nama gaharu berasal dari bahasa sansekerta �agaru� yang berarti wangi, kayu ini setelah terinfeksi mikrobia akan mendepositkan resin dalam jaringan kayu menjadikan kayu beraroma wangi, terutama apabila dibakar. Gaharu tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia, baik pulau besar (Kalimantan, Sumatra, Jawa, Sulawesi, Papua maupun Lombok), serta pulau-pulau kecil. Bahkan ditemui adanya endemik gaharu pada pulau tertentu, yang mempunyai kualitas gaharu yang spesifik, seperti di pulau Bangka,
terdapat endemik gaharu yang mempunyai kualitas gaharu sangat bagus,harum dan kandungan resinya cukup banyak.
Secara alamiah Indonesia mempunyai potensi yang besar terhadap komoditas tumbuhan gaharu ini. Rahman (2008) menyebutkan bahwa pohon gaharu merupakan salah satu tumbuhan penyusun komunitas hutan di Muara Teweh Kalimantan Tengah. Potensi gaharu alam banyak terdapat di hutan dipterocarpaceae yang masih tersisa, terutama pada kawasan konservasi, taman nasional, taman hutan raya, hutan lindung, hutan adat maupun di lahan milik masyarakat. Jenis yang ditemukan cukup banyak.
Pohon gaharu secara alamiah merupakan salah satu penyusun komunitas hutan dipeterocarpace yang dikenal kaya dengan biodiversitas.
Jenis pohon penghasil gaharu ini berasal dari famili Themeleaceae, Leguminoceae, dan Euphorbiaceae. Dari tiga famili terdapat 8 genus (Aquilaria, Wiktromea, Gonystilus, Gyrinops, Dalbergia, Enkleia, Excoecaria, dan Aetoxylon) dengan 17 species penghasil gaharu. Gaharu mempunyai nilai sangat tinggi sebagian besar masuk dalam famili Themeleaceae dengan jenis Aquilaria spp. Dalam istilah perdagangan disebut sebagai gaharu beringin yang mempunyai nilai jual yang sangat tinggi, sedangkan gaharu yang mempunyai nilai jual relatif rendah disebut gaharu buaya. Masing-masing gaharu mempuyai segmen pasar yang berbeda-beda. Kualitas gaharu ditentukan oleh jenis, banyak tidaknya kandungan resin dalam jaringan kayu. Semakin tinggi kandungan resin akan semakin mahal, demikian juga sebaliknya.
Pembahasan tentang kualitas dan faktor-faktor yang mempengaruhi gubal gaharu akan disampaikan dalam bab yang akan datang. Jenis Aquilaria yang bukan penghasil gaharu adalah Aquilaria brachyantha, A. udanetensis, A. citrinaecarpa, dan A. cpicuata (Salampessy, 2006). Masyarakat lokal yang hidup di pedalaman secara turun menurun memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan tumbuhan disekitarnya, baik kebutuhan untuk makanan dan minuman, maupun untuk kebutuhan kesehatan. Sejalan dengan dinamika perubahan kebudayaan masyarakat diakibatkan infiltrasi kebudayaan dari luar, berdampak pada perubahan secara berangsur pola kehidupana masyarakat, termasuk pemanfaatan tumbuhan sebagai tanaman obat. Sisi lain, banyak ditemui bahwa pengaruh obat kimia berdampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan manusia,
Disamping ada beberapa penyakit yang belum diketahui obatnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengetahuan masyarakat lokal di Kalimantan Tengah (suku Dayak) dalam memanfaatkan sumber daya alam pohon gaharu (Aquilaria sp) dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama untuk kesehatan.
Pemanfaatan Pohon Gaharu
Kayu gaharu secara turun temurun dimanfaatkan masyarakat Dayak sebagai bahan terbelo tempat untuk menematkan mayat leluhur. Disamping itu juga digunakan sebagai bahan untuk membuat kotak sebagai tempat untuk menempatkan tulang-belulang leluhur. Kepercayaan animisme-dinamisme masih mendominasi masyarakat etnis Dayak pedalaman di Kalimantan Tengah, dimana dalam penghormatan terhadap arwah leluhur dilakukan sesuai dengan kepercayaan yang telah dianut turun-temurun, dengan cara meletakkan mayat di tempat yang terbuat dari kayu gaharu. Jasat maupun tulang belulang yang ditempatkan pada tempat yang terbuat dari kayu gaharu merupakan penghormatan tertinggi terhadap arwah leluhur.
Sebagian masyarakat mempunyai tradisi untuk membongkar kubur leluhur yang telah lama, kamudian diambil dan dikumpulkan kembali tulang belulang yang berserakan untuk dibersihkan. Tulang belulan leluhur ini kemudian disimpan pada suatau tempat yang telah disediakan. Untuk memberikan penghormatan terhadap leluhur ini, dengan cara melatakkan telang belulang ini pada suatau tempat yang terbuat dari kayu gaharu.
Disamping itu pohon gaharu juga dimanfaatkan oleh masyarakat dayak untuk berbagai keperluan diantarannya:
* Kulit kayu gaharu, dimanfaatkan untuk bahan tali-temali. Kulit gaharu juga digunakan untuk tali keranjang yang dipakai oleh para wanita maupun pria untuk mengambil rumput, maupun untuk tempat umbi. Caya membawanya dengan cara dikaitkan di kepala, maupun di pundak. Di samping itu kulit gaharu yang baru saja dikelupas, digunakan sebagai alat untuk memasak sayur, memebuat rasanya khas dan enak. Tempat memasak dari kulit gaharu ini dapat digunakan 3-4 kalu untuk memasak sayur.
* Pohon gaharu dikelupas kulitnya (b) memasak sayur di hutan dengan menggunakan alat memasak yang terbuat dari kulit gaharu.
* Daun dan buah gaharu , digunakan sebagai bahan untuk pengobatan tradisional.
* Gubal gaharu, digunakan masyarakat sebagai bahan untuk pengisi amunisi senapan rakitan, yang digunakan masyarakat untuk berburu babi hutan, maupun binatang liar lainnya. Disamping itu gubal gaharu merupakan komoditas yang dapat diperjual belikan masyarakat, baik dengan sistem barter dengan barang lain, maupun dengan cash.
* Pemanfaatan gaharu (a) kulit gaharu digunakan sebagai pengikat tempat untuk ke kebun (b) tengkorak hasil berburu (c) gubal gaharu sebagai bahan untuk amunisi berburu c. Perkembangan pemanfaatan gaharu
Di Assam India dikenal dua jenis gaharu yaitu gaharu yang disebut dengan �jati sanchi� dan gaharu yang disebut �bhola sanchi�. Bhola sanchi menghasilkan gaharu lebih jelek dibandingkan dengan jati sanchi yang merupakan gaharu yang mempunyai nilai jual yang sangat tinggi (Anonimous, 2008). Jenis ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu jenis pelindung pantai terhadap abrasi, intrusi serta perlindungan ekosistem pantai secara global. Jenis ini banyak dikenal didunia pengobatan karena resin mengandung senyawa aktif agalochin A-E. Senyawa ini kemudian digunakan untuk pengobatan beberapa penyakit diantaranya yaitu: bahan obat anti penyakit tumor, lepra, anti-bakterial, anti-viral, anti-cancer, dan pencegah penyakit HIV AIDS. Getah tanaman ini apabila terkena mata langsung akan menyebabkan kebutaan/iritasi, itulah sebabnya jenis ini sering disebut dengan jenis Buta-buta (�blind your eye�). Manfaat lain getahnya digunakan sebagai bahan ramuan untuk anak panah yang digunakan masyarakat dalam menangkap ikan. Kayu nya putih, tingan dan lembuh, tetapi cepat busuk. Kayu dimanfaatkan sebagai bahan untuk papan dengan kualitas rendah, korek api, untuk pulp dan pembuatan kertas, biasanya digunakan sebagai bahan bakar masyarakat nelayan.
* Gaharu sebagai bahan obat untuk Antinyamuk
Masyarakat Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur memanfaatkan kulit pohon gaharu sebagai bahan obat nyamuk alami. Kulit gaharu dikeringkan dengan kadar air tertentu. Kulit gaharu kering dibakar dengan mengeluarkan asap dan bahu khas yang dapat mengusir nyamuk.
* Gaharu sebagai obat analgesic
Menurut Trupti et.al (2007) mengemukakan bahwa gaharu jenis Aquilaria agallocha mengandung aktivitas analgesic (obat untuk pencegah rasa sakit) dan anti inflammatory.
* Gaharu sebagai bahan obat untuk antingengat
Masyarkat jepang menggunakan gaharu sebagai bahan untuk bahan kamfergaharu, kamfer ini di bungkus (pakaging) dalam bentuk sachet.
* Gaharu sebagai bahan obat untuk Anticapai
Daun gaharu dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk obat antimabuk terutama bagi pencandua alcohol.
* Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Thailan menyebutkan bahwa berdasarkan penelitian 1000 responden membuktikan bahwa daun gaharu mengandng senyawa aktif agarospirol yang dapat berfungsi sebagai penekan sistim saraf pusat sehingga dapat menimbulkan efek menenangkan.
Gaharu Tree (also known as Wood of the Gods)
The Agarwood or Gaharu Tree (also known as Wood of the Gods) produces the raw material for incense, perfumes or fragrant and even alternative medicine.
The scientific name for Gaharu is Aquilaria and is also known as scented wood in the old days.
Usage of Gaharu
The “Wood of the Gods” has been traded and highly appreciated for thousands of years. This resinous wood is used as incense, for medicinal purposes, and pure resin in distilled form is used as perfume and perfume component.
Value of Gaharu
The value of first-grade Agarwood is extremely high. A whole range of qualities and products is on the market varying with geographical location and cultural deposition. Prices range from a few dollars per kilo for the lowest quality to over thirty thousand US dollars for top quality oil and resinous wood.
LATAR BELAKANG POKOK GAHARU
Pokok gaharu amat diminati kerana dapat menghasilkan aroma yang wangi dan menyenangkan apabila dibakar kayunya. Mengikut data yang dikeluarkan pada Persidangan Gaharu Dunia pertama di Vietnam terdapat 16 spesis dari genus Aquilaria yang mempunyai nilai komersil yang tinggi.
BERIKUT ADALAH JENIS-JENIS AGRAWOOD MENGIKUT RANKING
1. AQUILARIA SUBINTEGRA, Found at Thailand
2. AQUILARIA CRASSNA, Found at Thailand, Cambodia, Loas, Vietnam
3. AQUILARIA MALACCENSIS, Found at Thailand, India, Indonesia
4. AQUILARIA APICULATA, Found at Philippines
5. AQUILARIA BAILLONIL, Found at Thailand, Combodia, Loas, Vietnam
6. AQUILARIA BANEONSIS, Found at Vietnam
7. AQUILARIA BECCARIAN, Found at Indonesia
8. AQUILARIA BRACHYANTHA, Found at Malaysia
9. AQUILARIA CUMINGIANA, Found at Indonesia, Philippines
10.AQUILARIA FILARIA, Found at Nuegini, China
11.AQUILARIA GRANDIFLORA, Found at China
12.AQUILARIA HILATA, Found at Indonesia, Malaysia
13.AQUILARIA KHASIANA, Found at India
14.AQUILARIA MICROCAPA, Found at Indonesia, Malaysia
15.AQUILARIA ROSTRATA, Found at Malaysia
16.AQUILARIA SINENSIS, Found at China
Pokok gaharu hidup di kawasan tanah pamah sehingga ketinggian 750m dari aras laut dan memerlukan taburan hujan dan kelembapan yang tinggi. Gaharu digunakan dalam industri minyak wangi, produk perubatan, perubatan Ayurvedic, majlis keagamaan dan sebagainya.
Permintaan untuk gaharu semakin tinggi walaupun pengeluaran semakin berkurangan menyebabkan harganya semakin meningkat setiap tahun. Kebanyakan gaharu dieksport kepada. pemborong-pemborong di Singapura, Timur Tengah, Hongkong dan Taiwan.
Harganya boleh mencecah sehingga RM14-18 ribu sekilogram untuk gred Double Super. Malahan harga pasaran untuk minyak gaharu juga amat tinggi iaitu RM45 ribu/kg (kaedah penggredan kualiti kayu dan minyak masih belum dipiawaian dan bergantung kepada penjual dan pembeli).
Asia Tenggara mengeksport gaharu bernilai RM48.3 million ke Arab Saudi dan bekalan hanya memenuhi 20% daripada permintaan pasaran.
Buat masa ini, kebanyakkan gaharu dikeluarkan daripada hasil hutan dan amat terhad. Tanpa penanaman semula. spesis ini akan terus diancam kepupusan disebabkan aktiviti pengambilan gaharu.
Penanaman gaharu di Malaysia masih baru dan belum popular, tetapi di negara lain seperti Indonesia, Thailand dan Kemboja sudah lama diusahakan. Malah ia mendapat sokongan yang amat kuat daripada pihak agensi kerajaan mereka dari segi modal dan teknologi.
Keseluruhan pokok gaharu (batang, daun & akar) berguna dan dapat dikomensilkan.
Penanaman pokok gaharu sesuai dijalankan di tanah terbiar, kawasan rezab hutan simpan, kawasan pembalakan yang telah diterokai dan dijalankan secara pertanian hutan ladang dan diintegrasikan dengan pelbagai tanaman lain seperti herba dan tanaman komoditi.
Gaharu Commercial Production
The Forest Research Institute of Malaysia (Frim) began researching in the late 1990s following a surge in market demand for gaharu and is still refining its inoculation technique.
Based on anecdotes from Orang Asli collectors, researchers deliberately wound the tree trunk and indeed, gaharu was produced in varying degrees of formation, suggesting that it can be induced in standing Aquilaria trees by artificial means. But the grade obtained was inconsistent.
Over 100 Aquilaria malaccensis saplings were planted on a 1ha trial plot at the institute’s research station at Bukit Hari between 1998 and 2000. Artificial inducement was carried out after three years but the trees did not respond.
FRIM research co-ordinator Dr Chang Yu Shyun suspects that the trees were not mature enough to produce the resin.
"In nature, when a branch or twig is broken, the wound attracts bacteria, fungi and pathogens. In gaharu-producing species like Aquilaria, the tree will produce the resin to contain the infection from spreading, covering the wound and blackening the whitish heartwood. That’s how gaharu is produced.
"The challenge is to come out with high quality or the desired grade and predictable volume to make planting a viable solution to over-harvesting of wild species," says Chang.
The senior research officer in the biotechnology division says the research initially focused on inoculation trials but later expanded to cover the biological aspect, economic value, trade and chemical analysis of the fragrant resin.
Meanwhile, the Malaysian Institute of Nuclear Technology (Mint) has applied nuclear irradiation technology to mass-produce plantlets via tissue culture.
Seeds were screened for fast-growth and single-bole characteristics at the cellular level and lead researcher Dr Rusli Ibrahim claims he has found the secret formula after one year of experimentation.
"With this technique, we can fast-track the growing stage. Many plantation investors will benefit from this advancement."
Five hundred plantlets are growing in a trial plot near Dengkil. Rusli says two other research groups will look for suitable antagonists to induce the tree and the best extraction technique to yield oil of the desired chemical composition.
The hill within the MINT compound was recently discovered to host 157 matured Aquilaria trees. "At the end of the year, we intend to invite two United States experts to demonstrate to the growers the right way of inoculating these trees," says Rusli.
MINT has submitted four funding proposals under the Ninth Malaysian Plan to support the research work which will also include developing a standard grading system for woodchips and oil extracts.
How to inoculate Gaharu for its valuable resin?
Inoculation is a method was developed to induce the production of gaharu in young plantation trees. The trees are wounded or inoculated in a specific manner and the gaharu production as the natural defence response is supported by applying specific treatments. This method can ensure the sustainable production of gaharu in plantation trees.
The artificial inoculation process involves creating holes on a karas tree, filling them with fungal pathogen, and sealing them off with wax
Produced only by “sick” trees infected by fungi, this highly sought after fragrant resin has a cohort of uses, from aromatherapy to spa baths, decorative furniture, perfume, chopsticks, weapon holders, massage oil, joss sticks and items of medicinal value.
After four to six years, upon maturing, the trees will be injected with fungal pathogens to trigger gaharu production, and this can be harvested after five months to a year.
No comments:
Post a Comment